Shanti mendapatkan ide untuk mencoba menggunakan oli bekas dan minyak jelantah untuk menjadi bahan bakar kompor rumah tangga. Ide ini tercetus karena harga bahan bakar, termasuk gas elpiji, merangkan naik. Sementara didaerah terpencil, mencari gas elpiji ukuran 3kg juga tidak mudah.
Sebetulnya sudah banyak dijual kompor yang didesain untuk menggunakan oli bekas. Tetapi semuanya menggunakan blower yang menggunakan tenaga listrik. Dan listrik tidak selalu tersedia didaerah terpencil. Hal ini yang menjadi dasar Shanti mencoba menggunakan kompor semawar.
Lalu bulan ini, Shanti mulai melakukan percobaan-percobaan. Kompor yang ingin digunakan adalah kompor semawar. Kompor ini mempunyai spuyer untuk menyalurkan bahan bakar. Sehingga oli bekas harus disaring terlebih dahulu supaya tidak menyumbat spuyer.
Menyaring oli bekas ternyata tidak semudah yang dibayangkan, karena sudah tercampur dengan berbagai zat pengotor.
Setelah melakukan percobaan-percobaan, Shanti belajar tentang cara menyaring oli bekas. Penyaringan ini harus dilakukan bertahap:
- Oli bekas harus diendapkan terlebih dahulu karena banyak terdapat kotoran kotoran. Caranya adalah dengan menggunakan ember bekas cat atau drum plastic biru. Kira-kira 20cm dari dasarnya, diberi kran. Pada bagian dasar ember/drum, dibagian bawahnya diberikan magnet secukupnya untuk mengendapkan partikel logam.
- Setelah diendapkan semalaman, kran dibuka dan oli yang keluar baru disaring. Penyaringan dapat menggunakan saringan kertas. Walaupun begitu, saringan kertas ini akan cepat tersumbat, sehingga harus diganti. Untuk menyaring sekitar 1 liter oli kayu bekas, Shanti harus mengganti saringan kertas beberapa kali.
Setelah itu, oli bekas sudah cukup
bersih untuk digunakan pada kompor semawar. Setelah dicoba pada kompor,
sayangnya tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Oli memang dapat keluar
melalui spuyer, tetapi api yang dihasilkan menyerupai api dari kayu bakar. Api
tidak menyemprot seperti menggunakan minyak tanah. Bila ditiup atau menggunakan
kipas, maka api dari oli bekas akan membesar. Hal ini menyerupai api yang
dihasilkan oleh tungku pembakaran yang
menggunakan kayu bakar.
Tantangan lain yang muncul adalah bagaimana cara mematikan api karena walaupun kran spuyer sudah ditutup dan tidak ada oli bekas yang keluar, sisa oli masih terbakar. Bila ditiup, api akan membesar. Jelas tidak bisa disiram dengan air, karena oli bekas yang terbakar akan makin meluas. Api akhirnya mati sendiri ketika oli sudah habis. Apabila menggunakan tungku/anglo, maka harus dibuatkan tutup pada bagian atas dan bawah, sehingga udara/oksigen menjadi sedikit dan api akan mati.
Kesimpulan dari percobaan-percobaan ini adalah sebagai berikut:
- Penyaringan oli bekas harus dilakukan bertahap karena kandungan kotorannya tidak terduga.
- Oli bekas memang bisa digunakan sebagai bahan bakar.
- Kompor semawar tidak bisa digunakan langsung dengan bahan bakar oli bekas.
- Api yang dihasilkan dari oli bekas menyerupai api dari kayu bakar. Yang bila ditiup/kipas, api juga akan membesar.
Kemungkinan yang bisa dilakukan:
- Shanti masih menunggu
hingga mendapat minyak jelantah sekitar 1 liter untuk dicoba di kompor semawar. Kemungkinan minyak jelantah akan berbeda dengan oli bekas.
- Oli bekas mungkin bisa digunakan pada anglo besi. Oleh karena api yang terbentuk menyerupai dengan kayu bakar, mungkin bisa digunakan pada tungku ini. Shanti akan membeli sebuah dan mencobanya, berharap bisa berfungsi seperti tungku roket karena api akan membesar bila ditiup/kipas.
- Oli bekas mungkin bisa disuling menjadi bahan bakar yang lebih baik. Shanti sudah memiliki alat sulingnya, yang dahulu dicoba untuk merubah sampah plastic menjadi bensin dan minyak tanah, tetapi ide ini disimpan dahulu untuk kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar