Jumat, 04 Januari 2019

Belajar Solar system

Ketika berkunjung ke Sumba, Shanti melihat produk solar panel set yang dikelola oleh yayasan setempat. Solar panel tersebut diproduksi oleh Sunking, dan cukup bagus kualitasnya. Shanti tertarik untuk mencoba membuat sendiri, yang nantinya mungkin bisa mendapatkan total harga yang lebih murah dan dapat digunakan untuk membantu masyarakat.

Solar sel yang digunakan untuk belajar adalah tipe Polycrystaline. Jenis panel surya ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dicairkan, setelah itu dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kristal silikon dalam jenis panel surya ini tidak semurni pada sel surya monocrystalline. Jadi, sel surya yang dihasilkan tidak identik antara satu sama lainnya. Walaupun efisiensinya lebih rendah dari monocrystalline, jenis ini dipilih selama proses testing karena harganya murah dan lebih mudah didapatkan.

Solar cell yang dipakai berukuran 52mm x 26mm, dengan daya max 0.225W, dan voltage 0.5v. Pemasangan susunan solar cell ini seharusnya dengan dibuatkan kotak sebagai pelindung dengan kaca pada bagian atasnya, sehingga terlindung dari cuaca, dan sinar matahari dapat menyinari solar cell dengan baik. Shanti mencoba untuk mencari cara yang lebih mudah dengan menyemprotkan lapisan acrylic pada solar cell. Cara ini diharapkan dapat mempermudah dan mengurangi total biaya yang dibutuhkan.

Pada tes yang dilakukan, tidak ditemukan perbedaan signifikan pada listrik yang dihasilkan oleh solar cell dengan atau tanpa lapisan acrylic. Solar Cell yang tidak disemprot Acrylic menghasilkan listrik 0.53 volt. Sementara bila disemprot dengan Acrylic, turun menjadi 0.50 volt. Sehingga ada perbedaan sebesar 0.03 volt. Memang penggunaan semprotan acrylic menurunkan voltage yang dihasilkan, tapi Shanti tidak mengganggap penurunan ini signifikan. Sehingga Shanti meneruskan testing dengan cara ini.

Rangkaian 6 buah solar cell yang akan digunakan untuk mengisi 3 buah batere recharge. Yang kemudian digunakan untuk menyalakan lampu LED SMD 5730. Reflektor lampu menggunakan bekas tutup minuman cepat saji, yang dilapisi dengan aluminium foil.

Hingga laporan ini ditulis, proses belajar dan testing masih berlangsung.

Pembelajaran yang sudah didapatkan:
  • Solar cell sangat tipis dan mudah patah bila ditekan ataupun jatuh. Slama proses belajar ini, shanty sudah menghancurkan 2 buah cell. Bekerja dengan solar cell harus dilakukan dengan hati-hati.
  • Penyolderan solar cell juga membutuhkan ketrampilan dan kebiasaan. Shanti masih belum mampu melakukan penyolderan tab wire dengan baik. Walaupun ketika di tes dengan ohm meter, solar cell sudah terhubung dengan baik dengan tab wire, tetapi tidak terlihat rapih. Lebih baik menggunakan solder dengan mata pipih daripada lancip.
  • Hingga saat ini, biaya yang dikeluarkan masih tergolong minim. Satu buah solar cell yang digunakan, berharga Rp. 1.500,- Solar cell tipe monocrystaline berharga lebih mahal, tetapi listrik yang dihasilkan lebih besar daripada polycrystalline. 
  • Baterai recharge yang digunakan berharga Rp. 5.800,- per buah. Tab wire yang digunakan berharga Rp. 4.900,- per meter. Lampu LED yang digunakan berharga Rp. 100,- per buah. Lampu ini sangat kecil, istilahnya, sebesar kutu, tetapi sinarnya sangat terang. Jadi mungkin lebih baik menggunakan pinset untuk memegangnya.

Ternyata solar cell sangat tipis, 2 buah patah ketika tes

Sel asli menghasilkan 0,53 volt

Sel yang disemprot acrylic menghasilkan 0,50 volt

6 buah sel dirangkai seri dan disemprot acrylic

3 buah baterai 1,2 volt dirangkai seri

Deretan LSD SMD 5730

Bentuk akhir dengan 4 buah LSD SMD 5730

sudah bisa menyala