Sabtu, 04 Juni 2022

Percobaan kompor oli bekas (2)

Bulan ini Shanti mencoba menggunakan tungku dengan bahan bakar oli bekas. Diluar dugaan, percobaan berhasil dengan baik. Api yang terbentuk dapat digunakan untuk memasak.


Tungku ini terbuat dari besi, tetapi tidak sempurna karena bagian bawahnya hanya berupa bagian besi yang dijepit, tidak di las. Sehingga ada sebagian oli yang merembes keluar tungku, tetapi tidak membuat masalah yang signifikan. Masalah lain adalah sekat antara bagian bawah dan bagian atas, sekat ini justru menghalangi api menuju keatas sehingga api keluar dari ruang pembakaran. Sekat ini harus dilepas supaya api bebas menuju keatas.

Dari percobaan – percobaan awal ini, Shanti menjadi yakin bahwa oli bekas bisa digunakan untuk memasak. Shanti juga belajar bagaimana menyalakan apinya, bagaimana mengontrol besar api, dan bagaimana mematikan api. Asap tetap ada tetapi tidak sebanyak asap yang dihasilkan oleh kayu bakar.

Lalu Shanti mencoba memasak air hingga mendidih dengan menggunakan tungku ini. Saat ini Shanti sudah dapat mengontrol besar api, dan air mendidih dalam waktu sekitar 10 menit, dan tidak banyak menggunakan oli bekas. Shanti mencoba meminum air masak tersebut, dan tidak merasa ada bau asap.

Shanti mencoba beberapa alternatif jenis tungku lain yang mudah didapatkan atau dapat dibuat sendiri. Untuk oli bekas, seharusnya tidak sulit untuk ditemukan. Masyarakat dapat meminta dari bengkel – bengkel mobil/motor setempat. Seandainya harus dibeli, dapat dibeli dengan harga jauh lebih murah dibandingkan harus membeli gas elpiji atau bahan bakar lainnya.

Shanti juga mencoba menggunakan kaleng bekas biscuit yang banyak ditemukan dipasar serta tungku jenis lain yang dibuat dari susunan bata/batako.

Saat ini, Shanti menganggap percobaan – percobaan sudah selesai dengan memuaskan. Satu hal yang masih belum jelas, yaitu tentang asap yang dihasilkan. Shanti mencoba mencari literatur tentang hal ini, tetapi tidak menemukannya. Disisi lain, Oli bekas sudah digunakan di negara-negara 4 musim untuk menjadi bahan bakar sistim penghangat (heater), dan sudah banyak pihak yang menjual penghangat berbasis oli bekas. Di Indonesia juga sudah banyak pihak yang menjual kompor berbasis oli bekas. Sementara masyarakat juga ada yang membuat sendiri kompor jenis ini dan mendapatkan penghargaan termasuk dari BPPT. BPPT sendiri sudah lama memperkenalkan kompor dengan multi bahan bakar.

 

Kesimpulan dari keseluruhan percobaan – percobaan ini adalah sebagai berikut:

  • Oli bekas dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak. Walaupun begitu, lebih baik digunakan diluar rumah supaya asapnya tidak menggangu kesehatan.
  • Apabila oli bekas tercampur dengan zat pengotor yang cukup banyak, dapat disaring terlebih dahulu dengan kain. Ini akan menyaring zat pengotor yang berukuran besar.
  • Penggunaan oli bekas sangat hemat. Shanti menggunakan 1 liter oli bekas untuk memasak air beberapa kali, dengan berbagai jenis tungku, dan masih tersisa sekitar seperempatnya (sekitar 200-300ml).
  • Ketika oli bekas akan digunakan, dibutuhkan benda yang mudah terbakar, seperti potongan kertas, potongan kayu, dll. Benda ini dilumuri oli bekas, dimasukkan  kedalam tungku jenis apapun, lalu dibakar. Setelah api membesar, masukkan oli secukupnya kedalam tungku, dan mulai mengipas lubang tungku. Kegiatan dilakukan hingga tungku menjadi panas, dan api mulai membesar. Masukkan lagi oli secukupnya, hingga api cukup besar, dan bisa mulai memasak.
  • Bila api mengecil, masukkan kembali oli secukupnya dan kipas-kipas lubang tungku. Jangan memasukkan oli bekas terlalu banyak, karena api dapat menjadi sangat besar, dan menimbulkan asap lebih banyak, dan juga boros oli.
  • Pengontrolan besar api dilakukan dengan mengatur jumlah oli bekas yang dituang kedalam tungku, dan pengipasan lubang tungku. Api akan mati setelah seluruh oli bekas didalam tungku habis terbakar.
  • Bagian atas dan bawah (ruang pembakaran) tungku sebaiknya tidak ada sekat. Sekat ini akan menghambat api menuju atas dan membuat api keluar dari lubang tungku.
  • Jarak antara dasar tungku dan alat masak (panci/wajan) cukup sekitar 20cm. Lebih dari itu akan menyulitkan api/panas mencapai alat masak.
  • Bagian atas tungku dan alat masak harus mempunyai celah yang cukup (sekitar 1 – 1,5 cm) karena api membutuhkan udara/oksigen. Celah yang terlalu kecil akan membuat api juga menjadi kecil. Celah yang terlalu besar akan membuat api/panas sulit mengenai alat masak.
  • Selama proses pembakaran, akan terbentuk asap. Asap akan makin banyak apabila jumlah oli bekas yang dimasukkan kedalam tungku terlalu banyak. Asap ini juga akan membuat tungku menjadi hitam, termasuk peralatan masak (panci dan wajan) juga menjadi hitam.
  • Sisa pembakaran sangat minimal, yaitu benda yang dipakai untuk memicu api pada saat awal. Sisa pembakaran ini bisa dikatakan kering dan seperti abu, mirip pada tungku yang memakai kayu bakar.
  • Kompor yang menggunakan oli bekas ini lebih cocok digunakan sebagai pengganti kayu bakar. Cara penggunaannya mirip sekali dengan tungku yang menggunakan kayu bakar, cara perawatannya juga tidak jauh berbeda. Tungku dengan kayu bakar biasanya diletakkan pada ruangan yang terbuka karena akan menimbulkan asap. Penggunaan oli bekas juga akan menimbulkan asap, sehingga bisa digunakan pada ruangan yang sama.

 


Tungku dengan bata

Tungku dari kaleng biskuit