Selasa, 07 Mei 2024

Perbaikan Super Flour

Bulan ini Shanti menyelesaikan tepung super flour yang diperbaharui. Shanti menggunakan kacang hijau, kacang kedelai, dan ubi ungu yang dibuat menjadi tepung. Ketiga jenis tepung ini dicampur merata, yang akan dipacking kedalam kantung plastic ukuran 100 gram. Hasilnya akan diuji coba pada kunjungan ke Kalbar.

Shanti memperbaiki prosedur dengan mencoba menggunakan dehydrator. Ternyata alat ini sangat baik untuk mengeringkan ubi ungu. Pembuatan tepung dilakukan dengan menggunakan mesin giling berukuran kecil.

Shanti mencoba juga untuk membuat tepung kelapa. Ternyata sulit dan akhirnya gagal karena selalu terbentuk mingak kelapa, tidak berhasil membuat menjadi tepung secara keseluruhan. Minyak yang dihasilkan, ternyata membuat mesin giling tidak bekerja dengan baik. Sehingga Shanti harus membongkar mesin dan membersihkannya dari gumpalan-gumpalan tepung yang mengeras karena bercampur dengan minyak kelapa. Setelah dibersihkan, mesin giling bekerja lagi dengan baik.

Satu-satunya cara untuk membuat tepung kelapa adalah dengan membuang santan, dan mengeringkan ampas parutan kelapa dan lalu menghaluskannya menjadi tepung. Tetapi ampas tersebut sudah kehilangan nilai gizi secara signifikan. 

Sehingga Shanti akhirnya membatalkan niat untuk membuat tepung kelapa. Sebagai gantinya, Shanti akan menganjurkan ibu-ibu untuk memasak tepung super flour dengan santan, selain nilai gizi akan meningkat, santan juga akan memperbaiki rasa.

Shanti juga mencoba merubah tepung yang menjadi beberapa jenis kue kering.  Beberapa bentuk penyajian ini akan dites dilapangan. Semoga hasil akhirnya akan disukai anak-anak dilapangan, ketika kunjungan berikutnya ke Kalbar.

 


Proses Sangrai

Pemakaian dehidrator

Tepung yang sudah dicampur

Diubah menjadi kue

 

Kamis, 11 April 2024

Testing LoRa (2)


Pada bulan ini Shanti sudah selesai membuat antenna untuk Lora, dan sudah memasang perangkat Lora di atap kantor.

Pada awalnya, perangkat tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan perangkat lainnya. Setelah setting MQTT dimatikan, perangkat yang diatap dapat berkomunikasi dengan perangkat lain.

Saat ini, perangkat masih menggunakan listrik PLN melalui charger HP. Dikemudian hari, perangkat ini akan dihubungkan dengan solar panel, sehingga akan mempunyai sumber listrik mandiri. 

Perangkat Lora sudah dimasukkan kedalam kotak yang kedap air. Saat ini Shanti sedang mencoba berapa jauh perangkat ini dapat berkomunikasi. Apabila Shanti kurang puas dengan hasil uji coba, kemungkinan Shanti harus  kembali melakukan modifikasi diwaktu yang akan datang. 

Satu hal sudah diketahui, kabel RG8 yang digunakan kemungkinan besar bukan tipe “Low loss”, sehingga mempengaruhi nilai SWR ketika disambungkan ke antenna. Shanti akan mencoba membeli dan menggantinya dengan yang lebih baik.

Saat ini, node Meshtastic sudah terpasang dan berfungsi di daerah jakarta barat, menggunakan regio SG_923, di 923MHz.

 


Antena dipole terpasang diatap

Perangkat LoRa
didalam kotak hitam

 

Senin, 11 Maret 2024

Testing LoRa (1)

Shanti sudah membeli board Lora, produksi Heltec Lora 32 V3 frekuensi 863 – 928 MHz, dan frekuensi 433 – 510 MHz. Nano VNA juga sudah dibeli, alat ini akan digunakan untuk tuning antenna.

Shanti sudah mencoba membuat antenna untuk frekuensi 923MHz, dan nilai SWR yang didapatkan sudah dibawah 1,5. Antena sederhana ini terbuat dari kawat tembaga berdiameter 3mm. Desain antenna mengikuti perhitungan untuk antenna JPole untuk frekuensi 923MHz.

Setelah itu, Shanti mencoba mengemas antenna supaya mudah digunakan, dengan menggunakan resin epoxy. Antena tidak bisa dimasukkan seluruhnya kedalam pipa karena nilai SWR meloncat tinggi, sehingga hanya bagian bawah yang dimasukkan kedalam pipa paralon dan difiksasi dengan resin.

Masalah muncul ketika antenna sudah dimasukkan kedalam pipa pralon dan ditambah resin. Keesokan hari ketika resin sudah kering, dan antenna sudah selesai, ternyata nilai SWR berubah menjadi sangat tinggi dan akhirnya antenna tidak bisa digunakan. Penggunaan resin ternyata sangat mempengaruhi antenna.

Sehingga Shanti harus membuat antenna baru, tanpa menggunakan resin. Sayang sekali karena kemasan ini mudah digunakan karena konektor antenna sudah terpasang dibagian bawah antenna.

Setelah antenna baru selesai dibuat, Shanti mencoba menggunakan kawat tembaga berukuran kecil yang disolder ke antenna dengan menggunakan torch, lalu kabel RG58 disolder ke kawat tembaga tersebut. Ternyata hal ini juga menyebabkan SWR menjadi hancur. Penyebabnya karena kabel RG58 tidak dapat disolder dengan baik ke kawat tembaga tersebut, sementara penggunaan torch tidak dapat dilakukan karena kabel akan meleleh.

Shanti mencoba lagi dengan menggunakan skun gepeng yang disolder ke kawat tembaga, lalu kabel RG58 dipasangi skun gepeng, dan kedua skun dihubungkan.

Shanti mencoba membuat antenna dengan berbagai cara dan desain. Pembuatan antenna Jpole maupun Slimjim tidak begitu memuaskan, dari beberapa buah yang dibuat, hanya satu buah yang mempunyai nilai SWR lebih kecil dari 1,5. Walaupun pada awalnya nilai SWR sudah bagus, ketika konektor dipasang dan antenna sudah selesai, ternyata nilai SWR berubah menjadi buruk. 

Hingga laporan ini dibuat, desain antenna yang lebih mudah untuk frekuensi 915-923 MHz ternyata adalah jenis dipole. Shanti lebih berhasil dalam proses pembuatan antenna jenis ini. Shanti masih mencoba membuat beberapa buah antenna, dan akan mencoba jenis  lainnya.

Shanti sudah terbiasa membuat antenna jenis Slimjim untuk frekuensi VHF (sekitar 144 MHz) dan UHF (sekitar 400 MHz). Dari proses ini, Shanti masih harus belajar kembali tentang jenis antenna untuk frekuensi 915 – 923 MHz. Termasuk didalamnya adalah material dasar untuk antenna. Shanti menemukan bahwa penggunaan kabel tunggal berukuran 2,5mm dan kawat tembaga enamel berukuran 3mm menghasilkan kualitas antenna yang berbeda. Shanti akan mencoba penggunaan kawat tembaga yang dilapisi perak.

Shanti mencari antenna yang terbaik dan paling mudah digunakan karena perangkat LoRa ini hanya menghasilkan arus gelombang yang sangat kecil.

 


Mencoba LoRa dengan antena bawaab

Antena Jpole SWR <1,5

JPole dengan Paralon dan resin, SWR hancur

JPole dengan kaki kayu, SWR <1,5

Antena Dipole SWR <1,5

Antena Slimjim SWR<1,5

 

 

 

 

 

 

Selasa, 13 Februari 2024

Bulan Januari yang sibuk

Bulan ini Shanti dapat menyelesaikan beberapa tugas yang sudah agak lama berlangsung. 

Yang pertama adalah lagu tentang Rabies. Lagu ini sudah selesai, dengan judul Epan-Epan rabies. Desain lagu ini diperuntukkan bagi daerah NTT, sehingga dialek setempat digunakan pada lirik lagu. Walaupun begitu, menurut Shanti, lagu ini dapat digunakan juga didaerah lain. 

Lagu sudah mulai disebarkan ke semua kontak yang dimiliki Shanti di daerah NTT, walaupun begitu, masih terasa belum menyebar luas. Shanti akan berkunjung ke NTT dan mencoba memasukkan lagu tersebut ke stasiun-stasiun radio lokal didaerah NTT.

Shanti juga berhasil menyelesaikan rangkaian sistim peringatan dini berbasiskan arduino. Kotak yang sesuai sudah ditemukan dan rangkaian sudah dapat dimasukkan semua kedalam kotak. Walaupun begitu, kotak masih belum ditutup karena harus dilakukan penyesuaian ketika akan digunakan dilapangan. Shanti juga masih mencari lokasi yang tepat untuk uji coba sistim ini.

Ketika bermain dengan arduino, Shanti sempat juga berkenalan dengan ESP32. Dan belajar bahwa ESP32 ini dapat juga digunakan sebagai alat komunikasi dalam situasi darurat. Penggunaannya lebih dikenal dengan sistim LoRa dengan menggunakan software Meshtastic. Sehingga Shanti akan melakukan berbagai percobaan untuk melihat kemungkinan penggunaannya dalam situasi darurat.

Diluar itu, Shanti juga sempat memberikan bantuan bagi pengungsi letusan gunung Lewotobi laki-laki didaerah Flores Timur. Bantuan disalurkan melalui LSM lokal, YASPEM.




Sistim EWS siap dimasukkan kedalam kotak

Solar panel mini untuk sistim ews

 


Senin, 08 Januari 2024

Menyiapkan Sistim peringatan dini (4)

Shanti sudah menemukan kotak yang cocok untuk seluruh system, dengan satu buah baterai lithium 18650. Sistim sudah disolder ulang, siap untuk dimasukkan kedalam kotak.

Solar panel yang dibutuhkan tidak tersedia dilapangan, sehingga Shanti harus membuat sendiri. Shanti juga sudah mulai merangkai solar panel yang dibutuhkan, proses ini juga berguna untuk melatih staf Shanti untuk merangkai solar panel buatan sendiri.

Solar panel menggunakan PVC board setebal 5 mm sebagai dasarnya, dan acrylic setebal 3 mm sebagai penutupnya. Solar cell yang digunakan berukuran 26 x 52 mm, masing-masing menghasilkan 0,5 volt dan 0,2 ampere. Solar cell ini disusun secara serial sebanyak 10 keping, sehingga menghasilkan 5 volt. Lalu dirangkai 3 baris secara pararel, sehingga hasil akhirnya adalah 5 volt, 0,6 ampere. Solar panel ini berukuran sebesar kertas A4.

Saat laporan ini ditulis, solar panel dan kotak sistim peringatan dini masih dalam proses penyelesaian. Setelah semua selesai, Shanti akan memodifikasi coding untuk pemakaian dilapangan, dan mencari lokasi yang baik untuk uji coba.